Walaupun mengalami banyak tudingan atas dugaan kasus korupsi dan penyelewengan di tubuh bank Mandiri, Kinerjanya dilaporkan membaik per 30 September 2006, dibawah ini press releasenya, langsung saja saya copy dari aslinya :
Kamis, 19 Oktober, 2006
Bank Mandiri Cetak Laba Setelah Pajak Sebesar Rp1,19 Triliun Pada Triwulan-III/ 2006
SIARAN PERSCSC/PR.62/ 2006
Bank Mandiri Cetak Laba Setelah Pajak Sebesar Rp1,19 Triliun Pada Triwulan-III/ 2006Jakarta, 19 Oktober 2006. Bank Mandiri sampai dengan triwulan III 2006 telah membukukan laba setelah pajak sebesar Rp 1,19 triliun atau meningkat 45,6% dari triwulan II 2006 yang sebesar Rp 815 miliar. ”Pencapaian laba triwulan III 2006 terutama didorong oleh peningkatan pendapatan operasional menjadi sebesar Rp 9,53 triliun, atau mengalami peningkatan 5,95% dibandingkan pendapatan operasional sampai dengan triwulan III 2005 yang sebesar Rp 8,99 triliun. Peningkatan tersebut dipicu oleh pencapaian pendapatan bunga sebesar Rp 19,83 triliun atau mengalami peningkatan 32,3% dibandingkan pendapatan bunga yang dicapai sampai dengan triwulan III 2005 sebesar Rp 14,99 triliun” ujar Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri. Disamping peningkatan pendapatan bunga, pendapatan provisi, komisi, dan valas juga mengalami peningkatan dari Rp 1,38 triliun pada triwulan III 2005 menjadi Rp 1,54 triliun pada triwulan III 2006. ”Meningkatnya fee based income didorong oleh peningkatan fee dari berbagai transaksi produk dan operasional perbankan nasabah serta pendapatan dari transaksi valuta asing” papar Agus.Total aktiva Bank Mandiri per posisi 30 September 2006 mencapai Rp. 253,71 triliun atau mengalami peningkatan dibanding 30 September 2005 yang sebesar Rp 250,34 triliun. Total kredit sebesar Rp108,80 triliun, atau tumbuh sebesar 1,8% (year-on-year) dari posisi 30 September 2005 yang sebesar Rp106,87 triliun, sedangkan total dana masyarakat sebesar Rp194,47 triliun atau tumbuh 4,3% (year-on-year) dari posisi 30 September 2005 yang sebesar Rp.186,45 triliun. Dana masyarakat dalam bentuk tabungan mencapai Rp. 48,85 triliun, meningkat sebesar 6,3% dibandingkan posisi 30 September 2005 sebesar Rp. 45,96 triliun. Apabila dilihat dari aspek operating profit (laba di luar biaya provisi/pencadangan kredit dan laba dari jual beli dan perubahan nilai surat berharga – bank only) selama periode triwulan III 2006, Bank Mandiri berhasil membukukan operating profit sebesar Rp 1,61 triliun, meningkat jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 1,51 triliun terutama karena peningkatan pendapatan bunga bersih per triwulan dari Rp. 2,3 triliun menjadi Rp. 2,5 triliun serta keberhasilan menahan peningkatan biaya operasional perusahaan (di luar biaya provisi/pencadangan kredit) yang relatif stabil yaitu sebesar Rp 1,5 trilun. Peningkatan operating profit tersebut juga didorong oleh pelebaran Net Interest Margin yang cukup signifikan dari 4,2% sampai dengan triwulan III 2005, menjadi 4,4% sampai dengan triwulan III 2006. Meningkatnya kemampuan Bank Mandiri dalam menghasilkan operating profit menunjukkan peningkatan kemampuan bersaing perusahaan yang semakin kuat didukung oleh implementasi berbagai strategi bisnis perusahaan di seluruh segmen usaha, yaitu: Corporate, Commercial, Micro & Retail, Consumer Finance dan Treasury & International. Beberapa inisiatif bisnis strategis yang diluncurkan pada Triwulan III 2005 adalah peluncuran kartu kredit MasterCard, peluncuran Bilateral USD Direct Settlement untuk melayani segmen Financial Institution dan kerjasama dengan Departemen Keuangan dalam pengembangan Sistem Informasi Penerimaan Negara.Return On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA) Bank Mandiri per Triwulan III 2006 mencapai 6,6% dan 0,9% meningkat bila dibandingkan ROE dan ROA yang dicapai pada akhir tahun 2005 sebesar 2,5% dan 0,5%. Dibandingkan dengan akhir tahun 2005 nilai buku per lembar saham meningkat dari Rp1.150,- menjadi Rp. 1.201,- dan Earning Per Share meningkat dari Rp 30,- menjadi Rp. 58,-. Permodalan Bank Mandiri tetap solid dengan Capital Adequacy Ratio (termasuk Risiko Pasar) sebesar 24,8%, didukung oleh ekuitas sebesar Rp. 24,38 triliun, jauh di atas ketentuan minimum Bank Indonesia sebesar 8%.Akselerasi Penurunan NPL Rasio NPL gross per 30 September 2006 sebesar 24,6% menurun bila dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2005 sebesar 25,3% ataupun posisi Juni 2006 sebesar 24,9%. Disamping itu, sejalan dengan kebijakan manajemen dalam pembentukan cadangan aktiva produktif yang konservatif, rasio PPA terhadap NPL (cash PPA) mengalami peningkatan dari 44,4% pada akhir tahun 2005 dan 49,1% pada Juni 2006 menjadi 49,5%, sedangkan PPA terhadap NPL termasuk jaminan mengalami peningkatan dari sebesar 100,9% akhir tahun 2005 dan 102,7% pada Juni 2006 menjadi 106,2%. Agus Martowardojo juga menjelaskan bahwa perkembangan posisi 30 Top Obligor menunjukan kemajuan yang cukup menggembirakan. Baki Debet 30 Top Obligor NPL per 30 September 2006 sebesar Rp13,7 triliun atau 51% dari total NPL Bank Mandiri, yang berarti mengalami penurunan bila dibandingkan dengan posisi Juni 2006 yang sebesar Rp 14,8 triliun atau 56% dari total NPL Bank Mandiri. Penurunan tersebut terjadi antara lain karena adanya pelunasan dan up grade debitur menjadi performing loan. Bank Mandiri juga telah menandatangani kesepakatan restrukturisasi obligor Argo Pantes Group, dengan total eksposur Rp. 2,3 triliun yang memungkinkan up grade kolektibilitas obligor untuk porsi pinjaman yang sustainable ke performing loan sebelum akhir tahun. Proses restrukturisasi beberapa obligor besar lainnya saat ini juga telah mengalami kemajuan yang cukup baik, sehingga diharapkan dapat diselesaikan sebelum akhir tahun 2006.Agus juga menyampaikan bahwa Bank Mandiri menyambut baik penerbitan PP No. 33/ 2006 dan PMK No. 87/2006 yang merupakan revisi atas PP No. 14/ 2005 dan PMK 31/2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/ Daerah. Hal ini menunjukan wujud komitmen pemerintah untuk mempercepat penyehatan sektor perbankan BUMN sebagaimana tercantum dalam Paket Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK) yang diterbitkan pada 5 Juli 2006 lalu. Dengan terbitnya PP dan PMK tersebut, Bank Mandiri berkeyakinan bahwa bank-bank BUMN akan memiliki kepastian hukum dalam melakukan akselerasi penyelesaian NPL sesuai dengan koridor hukum korporasi, sehingga akan mampu menyelesaikan piutang bermasalahnya dengan lebih baik serta memiliki level playing field sebagaimana dimiliki oleh bank-bank swasta lainnya.Saat ini Bank Mandiri tengah melaksanakan berbagai persiapan internal untuk menjalankan kewenangan sesuai PP 33/2006 dan PMK 87/2006, diantaranya mempersiapkan kebijakan internal, governance model serta kerangka risk management, sehingga dalam pelaksanaan kewenangan nantinya tidak menimbulkan moral hazard yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ( dikutib dari aslinya).
Kinerja sahamnya juga langsung melejit dan ditutup pada harga Rp. 2675 sebelum penutupan bursa 20 Oktober 2006 untuk libur panjang dan bahkan harga saham nya pernah mencapai harga tertinggi - Rp. 2825 / saham - karena berita2 bagus diatas dan nampaknya diikuti oleh short covering. gituuu lho.
Nantikan : 1. Daftar Banker yang masuk BUI, 2. Mengapa LDR rendah banget ?, 3. Sulitnya mencari Banker Sejati, dan 4. Banker FA nya Parpol ?